Sejarah Desa

09 Januari 2025
Administrator
Dibaca 28 Kali
Sejarah Desa

Asal-usul Desa Sukadami bermula dari datangnya seorang tokoh penyebar agama Islam dari Kesultanan Banten ke daerah yang saat ini bernama Desa Sukadami, tokoh tersebut bernama Embah/Mbah Nenggo yang kemudian bersama beberapa pengikutnya mendirikan sebuah perkampungan yang dinamakan Kampung Cijambe (kemungkinan di sekitar perkampungan tersebut terdapat pohon jambe/pinang). Nama asli beliau sampai saat ini belum dapat diketahui, sehingga beliau hanya dikenal dengan julukannya yaitu Embah/Mbah Nenggo. Beliau dimakamkan di Astana Cijambe/TPU Sukadami yang berada di Kp. Serangkolot RT 010/005. Saat ini lokasi makam beliau menjadi sebuah cagar budaya yang disebut sebagai Situs Cijambe.

Kemudian keberadaan peradaban/masyarakat di wilayah Sukadami (saat itu belum terbentuk Desa Sukadami) pada masa kolonial dapat dilacak pada peta yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1883, di sana dapat dijumpai perkampungan-perkampungan yang telah ada di masa itu, seperti Kampung Tjidjambi (Cijambe), Gempol dan Serang. Kampung-kampung lainnya yang dapat dijumpai pada peta tersebut adalah Kampung Tjiantro (Ciantra) dan Koekoen (Kukun) yang saat ini masuk ke dalam wilayah Desa Ciantra; Kedoeng SerangTjidjingga (Cijingga) dan Ligoenden/Leuwigundam yang saat ini masuk ke dalam wilayah Desa Serang; Djati (Jati), Djegang (Jegang), Nambo dan Kongsi Papan yang saat ini masuk ke dalam wilayah Desa Sukasejati. Pada masa itu, wilayah Sukadami masih termasuk ke dalam wilayah administrasi. Onderdistrict-District Tjibaroesa Regentschap-Afdeeling Buitenzorg.

Lalu pada masa pendudukan Jepang hingga menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah Sukadami menjadi lokasi dari pusat pelatihan Lasykar Hizbullah-Sabilillah yang saat itu dibentuk oleh ulama-ulama Masyumi dan NU dengan tujuan sebagai kekuatan tambahan bagi pasukan pendudukan Jepang dalam mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan Sekutu (saat masa pendudukan Jepang) dan nantinya membela kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia dari penjajahan bangsa asing (setelah kemerdekaan). Memang dalam catatan sejarah, lokasi pelatihan tersebut hanya tercatat berada di Cibarusah (dulu Tjibaroesa/Cibarusah), Jawa Barat. Tanpa menyebutkan lokasinya dengan lebih rinci, karena wilayah Cibarusah dulu adalah setingkat kawedanan yang begitu luas. Mulai dari sekitar Pasar Cikarang di utara sampai kaki Gunung Gede Pangrango di selatan sehingga membutuhkan penjelasan lokasi lebih detail. Akhirnya, setelah penyelidikan yang dilakukan oleh Yayasan Amal Bakti Veteran Eks Lasykar Hizbullah Sabilillah Indonesia pada tahun 1986-1989, dapat diketahui bahwa lokasi pelatihan tersebut berada di wilayah Desa Sukadami, tepatnya di Kp. Serangkongsi RT 011/006 di tepi Jl. KH. Raden Ma'mun Nawawi. Saat ini, di lokasi tersebut akan dibangun Monumen Perjuangan Hizbullah Sabilillah dengan wujud masjid.

Pada awalnya, cakupan wilayah Desa Sukadami sangat luas, yaitu meliputi wilayah Desa Sukadami, Desa Ciantra, Desa Sukasejati, Desa Serang saat ini dan membentang dari batas Sungai Ci Karang di sisi barat hingga Sungai Ci Lemahabang di sisi timur. Dikarenakan mulai bertambahnya jumlah penduduk, maka pada tahun 1974 wilayah Desa Sukadami pun dimekarkan menjadi dua Desa, yaitu Desa Sukadami dan Desa Sukasejati (Desa Ciantra merupakan hasil pemekaran dari Desa Sukasejati pada tahun 1984). Dan pada tahun 1984, wilayah Desa Sukadami pun dimekarkan kembali menjadi dua, yaitu Desa Sukadami dan Desa Serang. Sebelumnya, Desa Sukadami merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Serang namun karena adanya perubahan pembagian wilayah di Kabupaten Bekasi, yaitu dengan pembentukan wilayah Kota Cikarang dengan lima kecamatan (Kecamatan Cikarang PusatCikarang SelatanCikarang UtaraCikarang Barat dan Cikarang Timur), maka Desa Sukadami ini dimasukkan ke dalam wilayah Kecamatan Cikarang Selatan.